Wow!!!, Ternyata Palembang Pernah Menjadi Penyelenggara Festival Puisi Internasional

Selamat Hari Puisi Sedunia !!! Siapa sangka, kota yang populer karena makanan khas dari ikan ini pernah menjadi tuan rumah festival puisi ajang internasional. Acara

Sunny H

Selamat Hari Puisi Sedunia !!!

Siapa sangka, kota yang populer karena makanan khas dari ikan ini pernah menjadi tuan rumah festival puisi ajang internasional. Acara ini digelar pada 4 Juni 2006 yang bertempat di Graha Budaya, Jakabaring Palembang. Acara ini juga mengajak 24 penyiar terbaik dari berbagai Negara seperti Mesir, Australia, Belanda, Jerman, Finlandia, Italia, Malaysia, Cina, serta Indonesia untuk membacakan karya-karya terbaik mereka. Kegiatan internasional ini dibuka langsung oleh Mahyuddin selaku wakil gubernur Sumatera Selatan pada saat itu.

Setelah dibuka, acara langsung dilanjutkan oleh pembacaan puisi dari penyair asal Madura, Zawawi Imron yang membacakan 5 puisi karyanya yaitu “Ibu”, “Surga Kecil”, “Hutang”, “Matahari”, dan “Alif” secara deklamasi atau tanpa teks. Setelah Zawawi, pembacaan puisi langsung dilanjutkan oleh penyair asal Belanda, Peter Swanborn. Peter membacakan 5 puisi Indonesia yaitu “Para Penghuni”, “Lima Potret”, “Serasi”, “Untuk Semua Yang Bersinar dan Mebuka” dan “Tetes, Dulu, dan Sendirian”. Selanjutnya adalah giliran penyair asal Australia, Hal Judge yang juga membawakan 5 puisi Indonesia diantaranya “Dimanakah Arabia”, “Stoking Ishtar”, “Lezat Hingga Tetes Terakhir”, “Siput”, dan “Rahasia Jalan Pembatas”dan diiringi oleh musik MP3. Selanjutnya penyair asal Indonesia yang tampi, Taufik Wijaya yang membawakan puisi Menjelang Beku, 16 Kasus Tanah\\”, “Bos, Kami Menggergaji Batumu”, “Belajar Memasak Sejarah”, dan “Tiket Mahal, Percintaan Berhenti”. Pembacaan puisi selanjutnya adalah Tsead Bruinja penyair dari Belanda yang membacakan 5 puisinya yaitu “Perburuhan Tersembunyi”, “Gadis di Bawah Pohon Ape”, “Sesudah Pesta”, “Lidah”, serta “Angsa”. Dan pembacaan puisi yang terakhir adalah Jamal D. Rachman dari Indonesia. Ia membacakan beberapa puisinya seperti “Anak-Anak Tembakau”, “Bila Kami Ingin Pulang”, “Angin Koridor” “Runtuhan Cahaya”, dan “Rubaiyat Matahari”

Acara ini akan berlanjut di Monas dengan hal yang serupa yaitu pembacaan puisi di tanggal 5-8 Juni 2006. Sebagai penutup, pada hari Minggu, sejumlah penyair juga akan membacakan puisinya di atas kapal Segentar Alam yang akan mengelilingi sungai Musi. Hal ini membuktikan bahwa kota Palembang juga pernah dipercaya sebagai penyelenggara kegiatan sastra yang bahkan bertaraf internasional.

AKU

Kalau sampai waktuku

Ku tak mau seorang kan merayu

Tak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

karya : Chairil Anwar

Sumber: detiknews.com

puisi.co

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer