Sebagai rumah dari berbagai etnis, tidak mengherankan jika Palembang memiliki banyak adat dan tradisi unik. Salah satunya, yaitu ziarah kubro, bahkan menjadi bagian dari Calendar of Event (CoE) dari Dinas Pariwisata Sumatera Selatan.
Ziarah kubro adalah ritual tahunan yang dilakukan orang muslim Palembang yang bermukim di sepanjang Sungai Musi, khususnya warga keturunan Arab. Ziarah yang berlangsung selama tiga hari tersebut beragendakan ziarah massal ke akam-makam para ulama atau waliyullah pendiri Kesultanan Palembang Darussalam yang tersebar di seluruh penjuru Palembang, mulai dari Kompleks Makam Kawah Tekurep, Makam Kambang Koci hingga ke Seberang Ulu.
Turut Diramaikan Peserta Mancanegara
Selain sebagai ritual keagamaan, ziarah kubro juga menjadi daya tarik wisatawan. Hal tersebut dikarenakan keunikan dari pelaksanaan ziarah kubro itu sendiri. Peserta ziarah kubro yang semuanya laki-laki akan berjalan kaki menuju setiap makam yang mereka ziarahi. Semua peserta ziarah menggunakan pakaian serba putih. Beberapa orang juga membawa payung untuk menaungi peserta ziarah lainnya yang lebih tua dan lebih dimuliakan. Tak hanya umat muslim di Palembang, sebagian peserta ziarah juga berasal dari luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Yaman.
Humas haul dan ziarah kubro, Habib Mahdi mengatakan, umat muslim yang datang tak hanya berziarah, tetapi ada juga yang sengaja datang untuk bersilaturahmi dengan keluarga di Kota Palembang. “Mereka tidak hanya dari Palembang dan Sumsel saja, tapi juga ada dari mancanegara,” ujarnya, dilansir dari kompas.com.
Rute Ziarah Kubro
Ziarah Kubro berlangsung pada tanggal 26 – 28 April 2019. Pada hari pertama, ribuan jemaah mengunjungi makam Habib Ahmad Bin Syech Shahab di kawasan Masjid Darul Muttaqien Kecamatan Ilir Timur II Palembang.
Di hari Sabtu (27/4/2019), jamaah mengunjungi makam Gubah di Jalan Ki Azhari Kelurahan 14 Ulu Palembang dan pemukiman keturunan As-Seggaf di Kelurahan 16 Ulu Palembang.
Puncak acara pun digelar pada Hari Ahad, dengan mengunjungi pemakaman Al-Habib pangeran Syarif Ali Bsa, Kawah Tengkurep dan Kambang Koci di Kecamatan Ilir Timur II Palembang.
Latif (37), penjaga makam Gubah Kelurahan 12 Ulu Palembang mengatakan, setiap tahun para jemaah datang ke pemakaman tersebut untuk mengirimkan doa-doa kepada para ulama asal Yaman.
Kaitan Ziarah Kubro dan Kampung Al-Munawwar
“Di sini makam tertua yaitu makam Habib Ahmad Bin Hasan Al-Habsyi sekitar 136 tahun. Makam ulama ini juga berdampingan dengan makam keluarga serta sahabatnya,” ujarnya, dilansir dari liputan6.com.
Cerita menarik di makam ini yaitu, Habib Ahmad Bin Hasan Al-Habsyi hijrah dari Yaman ke Palembang untuk bertemu dengan sahabatnya Abdullah. Namun Abdullah yang datang ke Palembang tidak bisa bertemu sahabatnya karena sudah meninggal dunia.
Abdullah pun menitipkan pesan kepada keluarganya, jika meninggal dunia, dia ingin dimakamkan di sebelah makam sahabatnya tersebut. Amanah tersebut akhirnya terwujud saat Abdullah meninggal dunia.
Di kompleks pemakaman tersebut juga terdapat kawasan makam keluarga Al-Munawwar. Di Palembang sendiri, keturunan Aulia Al-Munawwar Alkaff tinggal di perkampungan Al-Munawwar, tak jauh dari lokasi pemakaman.
“Keturunan Al-Munawwar semuanya banyak tinggal di Kampung Arab. Di sana ada beberapa generasi yang masih melestarikan rumah masa Aulia Al-Munawwar tinggal,” ungkapnya.
(sumber : kompas.com; liputan6.com )