Dalam 10 tahun terakhir, Palembang tengah melakukan transisi yang masif menjadi kota metropolitan. Hal tersebut ditandai dengan giatnya pembangunan infrastruktur, pengembangan sektor pariwisata dan menjamurnya usaha mikro kecil dan menengah yang berkembang di tengah masyarakat.
Namun sebagaimana kota metropolitan yang dinamis, masalah-masalah sosial pun turut bermunculan berbarengan dengan pembangunan di Palembang. Salah satu yang sering menjadi PR bagi dinas sosial dan Pemkot Palembang adalah maraknya keberadaan anak jalanan (anjal) yang hadir dalam berbagai wujud, baik pengamen, penjual koran, penjual tisu dan lain sebagainya di sudut-sudut jalanan Kota Palembang.
Anjal sendiri bukanlah merupakan ancaman kriminal bagi masyarakat yang serupa dengan copet ataupun begal. Anak jalanan lebih tepat dikonotasikan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya mencari uang di jalanan karena disebabkan berbagai faktor, seperti putus sekolah, kondisi perekonomian keluarga yang lemah, atau kombinasi terburuk dari keduanya.
Sementara bagi komunitas Relawan Anak Sumatera Selatan (RASS), anjal adalah anak-anak dengan semangat dan minat belajar yang tinggi, namun kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sedikit pengarahan dan didikan yang tepat dapat menjadikan mereka manusia yang lebih bermanfaat bagi masyarakat, dan untuk itulah RASS hadir di tengah mereka.
Dari RASS untuk Anjal
Bertempat di Graha Bina Daksa “Budi Perkasa” Palembang pada Ahad (22/10) lalu, RASS di tahun keempatnya kembali menyediakan panggung kreasi bagi anak-anak jalanan yang mereka asuh dalam sebuah festival bertajuk “Festival Anak Jalanan 2018”. Anak-anak asuh RASS yang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan tampil pada festival tersebut, membawakan puisi, nyanyian dan tarian kepada penonton yang hadir, didampingi oleh kakak-kakak asuh mereka.
Selain bertujuan menggalang dana bagi kegiatan kerelawanan RASS, Festival Anak Jalanan 2018 juga bertujuan memperkenalkan kegiatan RASS kepada publik dan membuka mata masyarakat tentang potensi anak-anak jalanan yang selama ini kerap dipandang sebelah mata. Turut hadir pula dalam kegiatan tersebut dr. Mirza Susanti (Dinkes Palembang), Yudi Irawan, S.Kom., M.M. (Kadis Rehabilitasi Dinsos Palembang) dan H. Donny Meilano, S.HI., M.Sy. (Pembina RASS) yang menjadi pembicara dalam talkshow mengenai anak jalanan.
Hellen Susanti, Ketua Umum RASS menyampaikan pendapat yang senada seputar tujuan dan harapan dari berlangsungnya Festival Anak Jalanan 2018. “(Festival Anak Jalanan 2018) ini bertujuan menumbuhkan kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap anak jalanan dan memberikan wadah kreasi bagi anak jalanan. Alhamdulillah, sejauh ini tujuan tersebut sudah tercapai”, tutur mahasiswi Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya tersebut.
Perkataan Hellen dibenarkan oleh respon para undangan yang hadir di festival tersebut. Tak sedikit undangan yang tersentuh dengan keterampilan anak-anak jalanan. Beberapa relawan RASS bahkan tanpa sembunyi-sembunyi menghapus airmata haru saat anak-anak didik mereka tampil dangan percaya diri di atas panggung festival. Setiap penampilan anak jalanan ditutup dengan riuh gemuruh tepuk tangan penonton.
Andre, salah seorang anjal binaan RASS yang pandai bermain gitar dan bernyanyi, mendapat sorotan istimewa. Selain karena penampilan bermusiknya yang memukau, ia juga dengan lugas menyampaikan harapannya bagi masa depan anak-anak jalanan binaan RASS.
“Kami ingin hidup kami dapat terus menjadi lebih baik, agar kami juga dapat menjadi lebih baik di mata masyarakat. Terima kasih banyak buat RASS yang membimbing kami, membangun keterampilan dan percaya diri kami”, ujarnya, disambut tepuk tangan para undangan.
Kendala dan Dukungan
Meski mengemban tugas yang mulia, sepak-terjang RASS tidak lepas dari hambatan dan rintangan. Tak jarang, RASS mendapatkan kendala dalam mengumpulkan dukungan bagi kegiatan kerelawanan mereka.
Hal tersebut ditanggapi oleh Yudi Irawan, Kepada Dinas Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Palembang. Ia bertutur bahwa dinas sosial selalu bersedia mendukung kegiatan sosial yang digalang pemuda-pemuda di Palembang, terutama kegiatan yang bertujuan mendayagunakan anak-anak jalanan seperti RASS. Namun, dinas pemerintahan hanya bisa membantu sesuai dengan koridor birokrasi yang berlaku.
“Penting untuk menjadikan RASS ini sebagai badan hukum yang legal dan memiliki izin, seperti yayasan. Mengapa organisasi sosial harus berizin? (Yaitu) untuk menanggulangi pihak-pihak tidak bertanggung jawab, mengingat urusan (bantuan) dana ini cukup riskan”, ujar Yudi dalam talkshow di Festival Anak Jalanan 2018. Yudi mengajak RASS dan semua pegiat komunitas yang hadir untuk turun tangan ‘menjemput bola’, dengan mengikuti koridor hukum yang ada. “Kami bersedia membantu, namun alurnya harus sesuai dengan birokrasi yang ada, juga harus beretika”, pungkasnya.
Pendapat Yudi senada dengan dr. Mirza Susanti. Perwakilan dari Dinas Kesehatan Palembang tersebut juga turut menyampaikan dukungannya kepada RASS dalam talkshow tersebut. Ia berujar bahwa pemerintah sejatinya mendukung semua kegiatan positif yang digalang anak-anak muda Kota Palembang, namun kendalanya selama ini terbatas pada komunikasi yang belum terbentuk dengan baik. “Selama ini kami hanya belum tahu bahwa ada komunitas yang menampung dan membina anjal seperti RASS. Insya Allah seterusnya kalau RASS mengajukan permohonan bantuan, akan kami bantu sesuai bidang kami, yaitu berupa pelayanan kesehatan atau puskesmas sosial”, tawarnya.
Usaha RASS untuk membina anak-anak jalanan barulah usaha awal dalam menjamin masa depan yang baik bagi anak-anak jalanan di Kota Palembang. Dibutuhkan kerja bersama dalam mengangkat nasib dan kepercayaan diri anak-anak jalanan, karena kendala utama dari maraknya jumlah anak-anak jalanan adalah jumlah anak putus sekolah yang ada di Palembang. Sebagian besar anjal yang putus sekolah tidak hanya berhenti mengenyam pendidikan karena masalah ekonomi, melainkan karena kecenderungan orangtua anjal yang lebih mendukung anak-anaknya bekerja daripada sekolah. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan khusus bukan hanya kepada anak-anak jalanan, tetapi juga kepada orangtua anak-anak jalanan tersebut.
“Alhamdulillah, orangtua anjal mendukung pembinaan dilakukan RASS. Kita semua, baik pemerintah, masyarakat maupun komunitas adalah agen perubahan yang harus merangkul anjal bersama-sama, dengan mengarahkan mereka untuk mengikuti program yang disediakan pemerintah dan komunitas sosial”, pungkas Vinta, salah seorang relawan RASS.
Sepak terjang RASS dalam membina dan mendidik anak-anak jalanan dapat diikuti di instagram : relawananakss