Asian Games 2018 yang digelar di Palembang dan Jakarta meghadirkan banyak cerita, mulai dari pembukaan Asian Games 2018 yang fantastis, sengitnya kompetisi dari tiap cabor hingga meriahnya selebrasi dari tiap atlet yang meraih medali. Salah satu cerita paling baru datang dari Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat baru-baru ini. Belakangan pengunjung GBK dihebohkan dengan kehadiran ‘mobil hantu’ di komplek olahraga GBK. Seperti apa mobil hantu yang dimaksud?
Mobil hantu tersebut bernama ‘Navya’. Bukan tanpa sebab Navya dijuluki mobil hantu. Navya merupakan mobil pertama yang pernah beroperasi di Indonesia dengan disokong teknologi mutakhir autonomous electric vehicle. Dengan kata lain, Navya dapat beroperasi dengan efisien tanpa bantuan sopir.
Navya ini merupakan salah satu konsep sistem transportasi cerdas yang akan menciptakan lalu lintas yang jauh lebih teratur, sehingga membuat perjalanan lebih nyaman dan lebih aman di masa depan.
Navya didatangkan langsung dari Perancis. Nama Navya diambil dari nama perusahaan yang memproduksinya, yang bergerak di bidang dan desain konstruksi autonomous and electric vehicle. Co-founder perusahaan ini, Christopher Sapet, mulai menginisiasi pengembangan kendaraan sejenis Navya sejak Bulan Juni tahun 2014.
Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia menjadi pintu masuk bagi terobosan-terobosan baru di bidang teknologi dan informasi, dan salah satunya adalah Navya. Meski mobil bertenaga listrik ini telah lama menjadi kendaraan umum di negara asalnya, Prancis, kemunculan Navya di komplek GBK merupakan pertama kalinya di seluruh Indonesia. Navya juga dapat hadir di tengah perhelatan Asian Games 2018 melalui kerjasamanya dengan Telkomsel, salah satu provider kartu seluler di Indonesia.
Vice President Technology and System Telkomsel, Indra Mardiatna mengatakan bahwa kendaraan otonomos atau kendaraan tanpa pengemudi merupakan contoh mobilitas di masa depan, dengan gabungan teknologi LIDAR (Light Detection and Ranging), AI (Artificial Intelligent) dan jaringan 5G. Mobil bertenaga listrik tersebut bisa beroperasi sendiri karena memiliki sensor dan kamera yang dapat membaca marka jalan atau obyek di sekelilingnya.
Lantas, apa fungsi dari jaringan internet 5G yang ada di Navya?
“Kalau 5G untuk transfer data dan streaming saja di dalam kabin sebagai hiburan. Jadi, kendaraan otonom ini utamanya sensor dan kamera dengan resolusi tinggi. Mobil ini jika tidak ada 5G tetap bisa berjalan”, ujar Indra pada Senin (27/08) lalu, dilansir dari viva.co.id.
Memiliki panjang 4,75 meter, lebar 2,11 meter, tinggi 2,11 meter dan bobot 2.400 kilogram, Navya juga ‘dipersenjatai’ dengan dua LIDAR 360 derajat dan enam LIDAR 180 derajat. Sebagai penentu arah, telah disematkan teknologi GNSS (Global Navigation Satellite System) Real Time Kinematic, yang dapat menjelaskan posisi penentuan mobil ini dengan menggunakan teknik navigasi satelit. Navya juga dilengkapi kamera serta sistem odometry untuk mengatur posisi gerak roda (kecepatan dan berbelok).
Dengan baterai LiFePO4 berkapasitas 33 kilowatt/jam, Navya diperkirakan mampu melaju selama sembilan jam dengan kecepatan rata-rata 25 km/jam. Navya mampu menampung 15 penumpang, dengan detil 11 penumpang duduk dan empat penumpang berdiri. Navya yang beroperasi di GBK juga difasilitasi dengan monitor TV dan kamera yang disediakan untuk mengabadikan momen para penumpang yang menumpangi mobil tersebut.
Kekurangan Navya pada saat ini hanya terdapat pada jam operasionalnya yang masih belum teratur, karena Navya masih beroperasi dalam tahap ujicoba. Ditambah dengan waktu beroperasinya yang hanya sampai 2 spetember mendatang, bisa dibilang, butuh keberuntungan tersendiri untuk bisa menumpangi mobil hantu satu ini.
Nah, tertarik mencoba menaiki Navya?
(sumber : idntimes.com ;viva.co.id)