Bicara Sungai Musi, berarti bicara Kota Palembang. Kedua nama tersebut seolah tak bisa terpisahkan. Selama berabad-abad Sungai Musi mengaliri sendi-sendi kehidupan Kota Palembang dan turut menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa yang mewarnai sejarah Palembang.
Sungai Musi juga menjadi sumber pencaharian bagi masyarakat Sumsel yang bermukim di sekitar sungai. Berbagai jenis ikan yang hidup dan pernah hidup di dalam arusnya merupakan cikal-bakal dari kekayaan khazanah kuliner Sumsel, khususnya Palembang. Selain keberagaman hayati yang terkandung di dalamnya, masyarakat Sumsel juga menjadikan Sungai Musi sebagai media transportasi utama, mengingat pada masa lampau, belum banyak terdapat jalan darat di Sumsel.
Di luar informasi-informasi yang disebutkan di atas, Sungai Musi ternyata masih memiliki berbagai fakta unik lainnya. Kali ini saya mencoba merangkum beberapa fakta unik dan penting mengenai Sungai Musi.
- Sungai Terpanjang di Sumatera
Walau bukan sungai terpanjang di Indonesia, nyatanya Sungai Musi merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sungai sepanjang 750 km ini mengalir dari Barat Daya Pulau Sumatera menuju Timur Sumatera, tepatnya di Selat Bangka.
- Melewati Banyak Kabupaten
Meski terkenal karena membelah Kota Palembang menjadi Seberang Ulu dan Seberang Ilir, tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya Sungai Musi tidak hanya melalui Kota Palembang. Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi melalui setidaknya 17 kabupaten/kota di Sumsel, dua kabupaten di Provinsi Bengkulu, lima kabupaten di Provinsi Jambi dan dua kabupaten di Provinsi Lampung.
- Berbagai Julukan Sungai Musi
Sebagai sungai dan kota yang keberadaannya sangat eksentrik, Sungai Musi dan Kota Palembang memiliki banyak julukan, baik yang diberikan oleh penduduk pribumi maupun penjajah. Belanda pernah menjuluki Sungai Musi sebagai ‘Venice of the East’ atau ‘Venesia dari Timur’, sementara Palembang memiliki julukan ‘De Stad Der Twintig Eilanded’ atau ‘Kota 20 Pulau’. Kedua julukan tersebut berkaitan dengan morfologi daratan Palembang yang pada masa itu masih berupa rawa-rawa dan memiliki banyak sungai kecil, sehingga tampak seperti gugusan pulau-pulau kecil yang direndam air.
Sungai Musi juga disebut masyarakat Sumbagsel sebagai Sungai Batanghari Sembilan, atau sembilan sungai besar. Sembilan sungai dimaksud tak lain adalah Sungai Musi beserta delapan anak sungainya yang paling besar, yaitu Sungai Komering, Sungai Rawas, Sungai Leko, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Lematang, Sungai Semangus dan Sungai Ogan.
- Letak Muara dan Hulu Sungai Musi
Secara geografis, Sungai Musi mengalir ke tepi timur Sumatera dan bermuara ke Selat Bangka lewat Muara Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Meski demikian, tidak banyak orang Palembang yang tahu bahwa mata air Sungai Musi sebenarnya berasal dari wilayah di luar Sumsel. Aliran air Sungai Musi sejatinya berasal dari mata air yang berada di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.
- Jumlah Anak Sungai
Julukan Venesia dari Timur bukan diberikan tanpa alasan. Sungai Musi memiliki 108 anak sungai, termasuk anak-anak Sungai Musi yang mengalir dan membentuk jaringan di Kota Palembang. Pada masanya, sebelum masyarakat Palembang terbiasa bepergian menggunakan angkutan darat, anak-anak sungai tersebut merupakan jalan raya bagi masyarakat Palembang. Salah satu anak Sungai Musi yang paling besar pada masanya adalah Sungai Sekanak, yang mengalir dari Pasar Sekanak, 27 Ilir, hingga ke Gandus, melewati kaki Bukit Siguntang.
- Habitat Alami Ikan Belida
Popularitas ikan belida selama ini terangkat karena berbagai produk kuliner Sumsel yang menggunakan namanya sebagai cap dagang, mulai dari kerupuk, kemplang hingga pempek. Ikan belida sendiri kini dikenal sebagai daging ikan termahal yang digunakan untuk membuat pempek, karena selain sulit didapatkan, citarasanya diakui banyak koki sebagai bahan terbaik untuk membuat penganan gurih tersebut.
Siapa sangka, sebelum ikan belida semahal dan selangka sekarang, ternyata dulu jumlahnya pernah sangat berlimpah di Sungai Musi. Bahkan Usa Kishmada, seorang pelukis sketsa berdarah Palembang, mengungkapkan bahwa pada tahun 1970-an ikan belida masih bisa ditangkap dengan mudah di Sungai Sekanak hanya dengan bermodalkan jaring.
Meski kini ikan belida di Sungai Musi sudah sangat langka, Pemprov Sumsel mengambil beberapa langkah untuk kembali melestarikan spesies ikonik tersebut di alam bebas.
- Makhluk-makhluk Misterius di Sungai Musi
Keberadaan sebuah sungai tidak pernah lepas dari mitos dan legenda di sekelilingnya. Begitu pula dengan Sungai Musi. Masyarakat Sumsel tentu familiar dengan mitos antu banyu atau ‘hantu air’. Sosok hantu penghuni Sungai Musi satu ini sering digambarkan berwujud seperti kera : tubuh berbulu, dengan kepala menyerupai manusia; dan memiliki rambut yang berlendir. Konon antu banyu memangsa manusia setelah menggelincirkannya ke sungai dengan lendirnya yang licin. Antu banyu muncul ke permukaan Sungai Musi menjelang petang, mencari orang-orang yang masih beraktivitas di dekat air sungai.
Selain legenda antu banyu, masih ada juga legenda buaya putih dan ikan tapah tembaga yang mewarnai kehidupan di sekitar Sungai Musi. Entah siapa yang menceritakannya pertama kali dan kapan legenda tersebut mulai terkenal di Palembang, namun sebagaimana kebanyakan legenda yang ada di masyarakat tradisional, kisah-kisah mistik tersebut sejatinya memiliki fungsi laten dalam melindungi ekosistem Sungai Musi dari jahilnya tangan manusia yang tidak bertanggungjawab.
Pada masa lampau, rumah-rumah di Palembang dibangun menghadap ke sungai. Hal tersebut menyiratkan bahwa kehidupan masyarakat Sungai Musi bermula di sungai, dan dari sungailah masyarakat memperoleh penghidupan. Sudah selayaknya bagi manusia yang beradab dan ingin berkembang, masyarakat Palembang ‘kembali’ menghadap ke Sungai, menghadap pada kenyataan bahwa sumber penghidupan dan daya tarik Venesia dari Timur itu kini telah rusak ditindas zaman. Karena hanya dengan menghadapi kenyataan tersebut, kesadaran masyarakat Palembang bisa kembali utuh untuk menjaga kelestarian dan keelokan Sungai Musi, sehingga modernisasi Kota Palembang dapat berjalan bersisian dengan khazanah alamiahnya.
(Referensi : korankito.com; nyenyes.com)