Menyambangi Danau Rakihan, ‘Saudara Jauh’ Danau Ranau yang Tidak Kalah Cantik

Tak lengkap rasanya berkunjung ke OKU Selatan jika tidak bertandang ke Danau Ranau. Danau fenomenal satu ini memang unik. Selain merupakan danau terluas kedua di

Sunny H

Tak lengkap rasanya berkunjung ke OKU Selatan jika tidak bertandang ke Danau Ranau. Danau fenomenal satu ini memang unik. Selain merupakan danau terluas kedua di Pulau Sumatera setelah Danau Toba, Danau Ranau juga berada tepat di garis perbatasan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Danau Ranau juga menjadi habitat bagi beragam jenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi, seperti mujair dan nila.

Namun tak banyak yang tahu, bahwa sebenarnya terdapat danau lain yang tidak kalah cantiknya di OKU Selatan selain Danau Ranau. Ialah Danau Rakihan, danau eksotis yang berada di perbatasan Kecamatan Sindang Danau, Kabupaten OKU Selatan dengan Provinsi Bengkulu.

Saudara Jauh Danau Ranau yang Tidak Kalah Cantik

Belum banyak masyarakat Sumsel yang mengetahui tentang Danau Rakihan. Danau tersebut hanya ramai dikunjungi di masa liburan panjang seperti Idul Fitri dan Tahun Baru, itu pun oleh penduduk sekitarnya saja. Meski demikian, Danau Rakihan memiliki peran yang tidak tergantikan bagi penduduk Desa Ulu Danau, Kecamatan Sindang Danau, tempat Danau tersebut berada. Danau Rakihan memiliki luas kurang lebih tiga hektar dan kedalaman sekitar 75 meter. Selain berperan sebagai tempat rekreasi, Danau Rakihan juga menjadi sarana memancing dan budidaya ikan air tawar bagi penduduk sekitarnya.

Bahkan terdapat musim tertentu dimana ikan-ikan mujair di Danau Rakihan menjadi ‘teler’ dan mudah ditangkap, yaitu pada musim yang disebut warga sekitar sebagai ‘musim belerang’. Konon sekali dalam setahun, kandungan belerang yang ada Danau Rakihan keluar dari dasar perairan danau dan bercampur dengan air danau, membuat ikan-ikan mujair yang menghuni danau tersebut lemas dan mengambang di permukaan air. Saat itu terjadi, warga dapat dengan mudah menangkap ikan di Danau Rakihan.

“Musim belerang setahun sekali. Makanya kalau lagi musim belerang, harga ikan murah karena banyak yang jual”, kata Nurmi, warga Muara Sindang, dilansir dari Mimbar Rakyat.

Legenda dan Mitos di Sekeliling Danau

Wisata alam di Sumsel memang seolah tak lengkap jika tidak memiliki legendanya sendiri. Demikian pula dengan Danau Rakihan. Konon, Danau Rakihan dan Danau Ranau sejatinya ‘terhubung’ lewat sungai bawah tanah. Meski keberadaan sungai tersebut belum pernah terbukti hingga saat ini, masyarakat setempat turut mempercayainya.

Nama Danau Rakihan sendiri diambil dari nama leluhur masyarakat setempat, yakni Syech Saidi Rakihan yang juga dikenal dengan julukan Puyang Janggut Merah. Syech Saidi Rakihan dipercaya memelihara dua ekor naga emas yang bersemayam di dasar Danau Rakihan, dan sering berpindah-pindah dari Danau Rakihan ke Danau Ranau lewat sungai di bawah tanah.

Selain itu di sisi lain danau, tepatnya di Desa Pematang Danau, terdapat sebuah bukit yang berbentuk seperti seekor gajah yang sedang berjalan. Sesuai bentuknya, bukit tersebut dinamai ‘Bukit Gajah’. Warga di sekitarnya banyak menanamkayu manis di dekat bukit tersebut.

Belum Terlalu Diperhatikan Pemerintah

Berbeda dengan ‘saudara’-nya, Danau Ranau, Danau Rakihan belum memperoleh perhatian yang khusus dari pemerintah. Tidak ada dermaga permanen, jasa penyewaan perahu, pavilun atau bahkan gerbang masuk ke danau ini. Padahal, pemandangan alam yang ditawarkan Danau Rakihan tidak kalah eksotis jika dibandingkan dengan Danau Ranau.

Untuk saat ini, Danau Rakihan hanya rutin dikunjungi oleh penduduk setempat untuk keperluan memancing dan budidaya ikan, atau sesekali sebagai tempat rekreasi. Jika kalian berkunjung ke OKU Selatan, belum lengkap rasanya jika tidak bertandang ke Danau Ranau. Namun pelesir ke Danau Rakihan sambil memancing ikan mujair juga sama sekali bukan ide buruk. Nah, tertarik berkunjung ke Danau Rakihan?

(sumber : mimbar-rakyat.com; tribunnews.com)

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer