Menilik Hidangan Bubur Daging Masjid Suro yang Melegenda

Bulan Ramadan, bulan barokah. Selain berpuasa, umat muslim di seluruh dunia dianjurkan untuk meningkatkan ibadah lainnya selama Bulan Ramadan. Salah satu amalan yang paling dianjurkan

Sunny H

Bulan Ramadan, bulan barokah. Selain berpuasa, umat muslim di seluruh dunia dianjurkan untuk meningkatkan ibadah lainnya selama Bulan Ramadan. Salah satu amalan yang paling dianjurkan agama Islam ketika Bulan Ramadan adalah bersedekah. Sedekah sendiri dapat hadir dalam berbagai bentuk di kehidupan manusia sehari-hari, namun khusus di Bulan Ramadhan, sedekah biasanya gampang ditemui dalam bentuk pembagian takjil atrau hidangan berbuka puasa.

Selama Ramadan, masjid-masjid di Palembang biasanya rutin membagikan takjil secara gratis kepada jamaah dan masyarakat di sekitar masjid. Namun sebagaimana beberapa daerah di nusantara, ada sebagian masjid di Palembang yang punya menu takjil yang khas dan tidak ditemui di masjid lain. Salah satunya adalah Masjid Al-Mahmudiyah yang berlokasi di Jl. Ki Gede Ing Suro, 30 Ilir Palembang.

Tradisi Tahunan Setiap Ramadan

Seorang pengurus Masjid Al-Mahmudiyah yang menyajikan bubur kepada warga © rmolsumsel.com
Sejak siang hari, pengurus Masjid Al-Mahmudiyah atau lebih dikenal dengan nama Masjid Suro sudah berjibaku dengan tungku dan bahan-bahan masakan. Mereka sibuk memasak bubur daging yang sudah harus siap dibagikan kepada jamaah masjid dan masyarakat menjelang berbuka puasa. Kegiatan memasak dan membagikan bubur tersebut dilakukan setiap hari selama Bulan Ramadan.

Adalah Kartibi, tokoh utama dibalik dapur Masjid Suro. Pria berusia 51 tahun tersebut mengaku bahwa tradisi membagikan bubur daging tersebut sudah berlangsung sejak lama sekali, bahkan sebelum ia menjadi pengurus Masjid Suro pada tahun 1971.

“Dari saya tinggal di masjid ini pada tahun 1971, tidak ada yang berubah untuk tradisi pada bulan puasa, terkhususnya untuk memasak bubur”, ujarnya, dilansir dari tribunnews.com. Tak kurang dari 100 porsi bubur daging tandas setiap harinya.

Selalu Ramai Didatangi Warga

Bubur daging Masjid Suro sangat termasyhur. Bahkan yang mengantre untuk menikmatinya bukan hanya warga yang bermukim di sekitar masjid, tapi juga masyarakat yang tinggal jauh dari Masjid Suro. Mereka yang mengantre pun berasal dari rentang umur yang beragam, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Sekilas tidak ada yang mencolok dari bubur daging Masjid Suro. Bubur yang berbahan dasar beras, kecap, bumbu sop dan potongan daging sapi tersebut tampak seperti bubur daging biasa. Namun karena rasanya yang terbukti lezat, antrean untuk memperoleh bubur daging Masjid Suro selalu panjang mengular setiap harinya.

Sejarah Panjang Bubur Daging Masjid Suro

Konon tradisi memasak dan membagikan bubur daging tersebut sudah digelar bahkan sejak masjid tersebut didirikan di abad ke-19, tepatnya tahun 1824.

Masjid Al-Mahmudiyah sendiri merupakan masjid tertua kedua di Kota Palembang, setelah Masjid Ki Marogan di Kertapati. Kartibi mengaku bahwa tradisi memasak bubur daging sudah ada sejak saat Ki Haji Abdurrahman Delamat, ulama pendiri Masjid Al-Mahmudiyah masih hidup.

“Kalau sejarahnya memang kalau bulan puasa masak bubur ini, awalnya untuk berbuka. Lama-lama dimasak banyak untuk dibagikan kepada warga,” kata Kartibi, dikutip dari kompas.com.

Bahan memasak bubur yang diperoleh oleh jamaah donatur dialirkan kembali kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan dalam bentuk makanan.

Bubur daging Masjid Suro menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang berkunjung ke Palembang di Bulan Ramadan. Selain karena gratis dan rasanya yang lezat, tersimpan hikmah yang besar di balik pembagian bubur daging Masjid Suro, yaitu kebersamaan dan keikhlasan dalam berbagi.
(Sumber : kompas.com; tribunnews.com)

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer