Seorang penyiar radio kawakan pernah berujar : Penyiar radio hanya duduk di satu kotak, namun mampu berinteraksi dengan orang dari semua lapisan. Bagi siapa pun yang menjadi pendengar setia radio, apalagi yang gemar menitip salam lewat penyiarnya, kiasan tersebut tentu gampang untuk dipahami. Seorang penyiar radio mampu berinteraksi dengan banyak orang hanya dengan bersuara di depan sebuah mikrofon. Meski terdengar sederhana, nyatanya tidak semua orang mampu menjalani profesi sebagai penyiar radio. Selain lidah yang fasih berucap, dibutuhkan percaya diri yang tinggi dan pengetahuan yang luas. Salah satu orang yang memiliki ketiganya adalah seorang gadis asal Palembang yang bernama Ivana Indri Insani, penyiar radio di Trijaya FM Palembang.
Baru tahun lalu, gadis yang kerap disapa Ivana tersebut resmi mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari kampus Universitas Sriwijaya. Meski demikian, pengalamannya sebagai penyiar tidak sebelia gelar akademiknya. Dalam sebuah wawancara Ivana mengungkapkan, bahwa sebelum menjadi penyiar di Radio Trijaya seperti sekarang, ia sudah beberapa kali mengikuti audisi presenter dan broadcaster. “Dulu pernah ikut casting news anchor TVRI dan SCTV, tapi belum berhasil. Menurutku it’s okay, tidak ada keberhasilan yang instan”, begitulah penuturan dara kelahiran Kotabumi tersebut. Dengan kata lain, perjalanan Ivana dalam menuju titik pencapaiannya kini tidaklah instan.
Awal Mula Karir Sebagai Penyiar
Menjadi penyiar bukan hal yang baru dicita-citakan Ivana. Ia mengaku sudah bermimpi menjadi penyiar sejak masih kecil. “Aku senang denger radio dan nonton berita. Menurutku menjadi jurnalis itu hal yang keren, harus pinter, punya kesempatan untuk mewawancarai banyak orang hebat. Dan yang paling penting adalah bisa kasih informasi bermanfaat ke orang banyak. Aku mau ada di posisi itu”, ujar Ivana saat diwawancarai tim Srivijaya.id.
Meski kini menikmati bidang yang digelutinya, Ivana mengaku semuanya tidak mudah pada awalnya. Ivana mengawali on-air beberapa bulan semenjak memasuki semester satunya di bangku kuliah. Stres dan tertekan tentu dialami, mengingat ia perlu beradaptasi di dua lingkungan baru yang berbeda, yaitu kampus baru dan studio. Tak jarang juga, jadwal siaran dan jadwal kuliahnya bentrok, sehingga Ivana harus membolos kuliah untuk siaran.
“Aku pertama ikut seleksi broadcaster di Warastra Female Radio, itu waktu masih jamannya P2K (Program Pengenalan Kampus) angkatan 2013”, tutur Ivana. Dalam masa adaptasinya dengan kampus baru, Ivana menunggu berbulan-bulan sebelum kembali dipanggil oleh pihak radio. “Pas dipanggil, eh, malah langsung disuruh siaran, tanpa latihan apa-apa. Dan itu adalah siaranku yang paling ancur seumur hidup”, kenang Ivana sambil terkekeh. Beberapa pendengar siarannya bahkan langsung menelepon hanya untuk bertanya apakah Ivana tidak pernah membawakan program radio sebelumnya.
Suka dan Duka Menjadi Penyiar
Sempat terpikir oleh Ivana untuk mundur sebagai penyiar. Alasannya karena ia memiliki kesulitan dalam mengolah vokalnya. “Padahal kalo di radio yang dijual kan suara, sementara pas awal siaran bosku bilang suaraku belum pas”, terang Ivana. Hal tersebut tentu membuatnya cemas. Ivana mengaku ia baru menemukan karakter suaranya setelah siaran selama kurang lebih satu tahun. Karakter suaranya tersebut dijuluki bosnya sebagai “smart voice”. “Aku juga gak tahu itu penilaiannya darimana”, kata Ivana, lalu tertawa. Namun siapa pun yang rajin mendengar siarannya pasti paham apa korelasi dari nama tersebut dengan muatan informasi yang dibawakan Ivana. “Akhirnya sering disangka sudah dewasa sama pendengar dan narasumber. Malah aku pernah dikira wanita 27 tahun beranak dua”, ujar Ivana seraya terkekeh.
Berkat motivasi dan kegigihannya untuk belajar, karir dan kuliahnya pun akhirnya mampu berjalan dengan selaras.“Dulu bahkan aku sering lupa soal tugas dan jadwal kuliah. Setiap pulang siaran, baru bisa buka buku kuliah lewat tengah malam”, ungkap mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan tersebut. “Yang terpenting yakin, sabar dan selalu berdoa. Harus semangat dan yakin kalau suatu saat semua usaha akan berbuah manis”, timpalnya, dan ia membuktikannya dengan predikat cum laude yang ia peroleh setamat Ivana dari kampusnya.
Motivasi Berkarya
Meski sering berpindah tempat tinggal dan sekolah sepanjang hidupnya, hobi Ivana selalu sama, yaitu mendengarkan lagu dan radio. “Terutama waktu SMA dulu, suka mojok di sudut perpus sekolah yang sepi dan nyetel radio. Pernah juga sakit telinga gara-gara kelamaan pake headset”, ungkapnya geli.
“Berdasarkan tipe siarannya, ada dua macam broadcaster. Pertama, yang khusus membawakan program anak muda. Kedua, khusus membawakan berita. Aku dari dulu memang lebih prefer sama yang kedua. Asik rasanya, menyampaikan informasi bermanfaat ke orang lain”, terang Ivana antusias.
Minatnya tersebut telah mengantarkannya ke berbagai podium dan mempertemukannya dengan orang-orang dengan latar belakang luar biasa. “Selama lima tahun jadi penyiar, banyak hal yang aku turut rasakan. Semua usaha dan duka terbayar dengan hasilnya, mulai dari jadi nominasi di ajang pemilihan KPID Sumsel, bisa bertemu dan wawancara orang-orang berpengaruh, bisa jadi MC di acara-acara penting dan bisa meliput event-event internasional. Semuanya, dengan label jurnalis”, kisah Ivana.
Karir jurnalisnya yang tengah menanjak juga memberikannya tanggung jawab yang semakin besar dari waktu ke waktu. Sebagai penyiar, Ivana perlu menyesuaikan pemahamannya dengan berbagai narasumber dari beragam latar belakang. Putri pasangan Bapak Iskandar Zulkarnain dan Ibu Bariyah satu ini dituntut untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuannya untuk peran yang lebih besar.
“Aku punya prinsip man saara ala darbi washola. Siapa yang berjalan di jalan-Nya, akan sampai. Intinya, jalani apa pun dengan selalu mengingat Tuhan”, tutur Ivana. Prinsipnya tersebut dipegangnya teguh, dan berhasil mengantarkan Ivana bertemu banyak narasumber yang tidak biasa. Sebut saja, Habiburrahman El-Shirazy, Purwacaraka, Maher Zayn, Ayu Laksmi dan masih banyak lagi.
Pesan untuk Anak Muda
Berkaca dari pengalamannya semasa kuliah, Ivana turut mengajak anak muda, khususnya mahasiswa untuk tidak sekedar belajar di bangku kuliah, tapi juga mengumpulkan ilmu di organisasi, baik intra maupun ekstra kampus. “Aku selalu menaruh respect pada mahasiswa yang aktif berorganisasi. Softskill itu penting. Dunia kerja nyatanya tidak sesimpel yang sering dibayangkan mahasiswa. Di dunia kerja kita akan menemui berbagai konflik, dan organisasi, ya itu, adalah sarana untuk belajar cara menanggulangi konflik di dunia kerja kelak”, pungkas Ivana. Selain itu, dara 22 tahun tersebut berpesan untuk mencari teman sebanyak-banyaknya, saling berbagi ilmu dan jadilah bermanfaat untuk sesama. “Waktu paling termaafkan melakukan kesalahan adalah dalam proses mengejar mimpi. Kejarlah mimpi kita walau harus berdarah-darah”, tutur Ivana.
Terakhir, Ivana menekankan pentingnya kejujuran dan kerendahan hati dalam berkarya. “Satu derajat kita direndahkan orang lain, maka satu derajat pula kita dimuliakan oleh Tuhan. Aku selalu meyakini itu”, pesan Ivana.
Selain aktif sebagai penyiar di Radio Trijaya Palembang, Ivana kini juga tergabung dalam kepengurusan Forum Pesona Sriwijaya yang baru dilantik 10 Februari 2018 lalu. Ia juga aktif menjadi dubber pada program televisi “Ragam Indonesia” di saluran lokal Trans7 Palembang dan voice over di beberapa iklan dan narasi.