Orang Palembang memang rajanya makan. Hal tersebut didukung oleh sebuah bukti sejarah, yaitu beragamnya jenis makanan—mulai dari lauk hingga makanan kecil—yang resepnya sudah diciptakan masyarakat Palembang sejak era Kesultanan Palembang Darussalam. Meski tidak kesemua resepnya mampu bertahan hingga masa kini, namun tetap ada sejumlah makanan kecil yang bertahan diterpa zaman dan tetap setia menemani keseharian orang-orang Palembang.
Di antara sekian banyak makanan tradisional Palembang yang masih ad, terdapat beberapa makanan yang sengaja hanya ‘dimunculkan’ di waktu-waktu tertentu, contohnya di Bulan Ramadhan. Bulan suci umat muslim satu ini menjadi waktu istimewa bagi makanan-makanan tradisional tersebut untuk kembali mempopulerkan dirinya di tengah masyarakat.
Kali ini tim Srivijaya akan mengulas beberapa penganan khas Palembang yang tidak pernah absen dari pasar bedug di Palembang.
- Srikaya Telur
Srikaya adalah salah satu kudapan favorit masyarakat dari segala umur. Rasanya yang legit dan lembut membuatnya cocok disajikan sebagai hidangan awal untuk berbuka puasa. Sesuai namanya, srikaya telur dibuat dengan menggunakan banyak kuning telur. Srikaya menjadi primadona pasar bedug yang selalu ludes diborong umat muslim menjelang berbuka puasa. Selain karena rasanya yang lezat, harganya yang berkisar antara 1.000 hingga 5.000 rupiah per kemasan pun cukup terjangkau bagi semua orang.
- Srikaya Ketan
Selain srikaya telur, model lain dari srikaya satu ini juga tidak kalah populer. Berbeda dengan srikaya telur yang biasanya dijual per porsi, srikaya ketan biasanya dijual dalam kemasan plastik yang berisi tiga hingga lima buah srikaya ketan. Selain memiliki citarasa srikaya yang manis, srikaya ketan juga memiliki rasa gurih dari beras ketan yang menjadi ciri khasnya. Karena ukurannya lebih kecil dan menggunakan lebih sedikit bahan baku, harga srikaya ketan relatif lebih murah dari srikaya telur, yaitu mulai dari 5.000 rupiah untuk satu kemasan berisi lima srikaya ketan.
- Jongkong
Resep penganan manis satu ini diduga berasal dari Kepulauan Bangka dan Belitung, yang kemudian menyebar ke seluruh daratan Sumatera. Jongkong memiliki beberapa varian, seperti es bubur sum-sum, jongkong ketan dan jongkong hitam. Di luar Bulan Ramadan, jongkong biasa ditemui dalam campuran bubur sum-sum atau es cendol. Jongkong sendiri berwarna hijau menyerupai cendol, namun bertekstur lembut dan mudah hancur seperti kembang tahu. Di Bulan Ramadan, jongkong biasa ditemui dalam kemasan gelas atau mangkuk, lengkap dengan gula merah cair di bungkus yang terpisah.
- Gandus
Selain pempek atau kelesan, gandus merupakan salah satu penganan khas Palembang yang paling tua. Kue gandus sudah menemani kebiasan mengemil orang Palembang selama ratusan tahun.
Gandus terbuat dari campuran santan dan tepung beras yang dikukus, kemudian ditaburi potongan bawang goreng, seledri, udang kering dan irisan cabai merah. Berbeda dengan makanan khas Ramadan lainnya yang cenderung manis, kue gandus sendiri memiliki perpaduan rasa yang unik antara tawar, gurih dan asin. Gandus biasa dijual dalam kemasan plastik serupa srikaya ketan, berisi lima buah kue gandus.
- Celimpungan
Celimpungan merupakan salah satu produk turunan dari pempek dan termasuk dalam kategori pempek berkuah. Serupa dengan kawan sejenisnya seperti model ikan atau tekwan, celimpungan disajikan dengan kuah kaldu ikan, hanya saja warna kuahnya hijau kekuningan menyerupai kuah soto. Citarasa celimpungan sendiri bisa dibayangkan langsung, kenyalnya adonan daging ikan dan sagu, gurihnya kuah dan pedasnya sambal cabai hijau. Celimpungan biasanya dijual per potong.
- Laksan
Laksan merupakan ‘sepupu dekat’ celimpungan. Jika celimpungan berbentuk bundar dan berkuah hijau-kekuningan, laksan berbentuk lonjong-pipih dan berkuah merah-oranye. Namun untuk urusan rasa, laksan tidak kalah lezat dengan celimpungan. Sama seperti celimpungan, laksan dijual per potong, lengkap dengan kuahnya yang sekilas mirip kuah kari yang cair beserta bawang goreng dan irisan daun seledri.
- Pempek Kapal Selam
Salah satu anekdot orang Palembang yang terkenal berkisah tentang kesaktian orang Palembang di masa lalu. Selain gemar menyantap pempek, orang Palembang juga terbiasa melahap kapal selam dan roket—dan kebiasaan itu, membuat orang Belanda takut berlama-lama menginjakkan kaki di Kota Palembang. Kapal selam dalam anekdot tersebut tentu berasal dari nama pempek kapal selam, hidangan pamungkas dari segala jenis pempek.
Meski menyantap makanan pedas di saat berbuka tidak disarankan bagi kesehatan perut, namun kebiasaan orang Palembang untuk menghirup cuko memang tidak bisa ditinggalkan. Walhasil, pempek kapal selam menjadi salah satu menu favorit orang Palembang ketika berbuka puasa.
Selain ketujuh jenis penganan yang disebutkan di atas, tentu masih ada sangat banyak makanan tradisional lain yang turut meramaikan pasar bedug di Palembang. Apa hidangan berbuka favoritmu tidak disebutkan di atas? Beritahu kami di kolom komentar!
(Sumber : berbagai sumber)