Selain dikenal sebagai Kota Pempek, Palembang juga sempat diidentikkan oleh banyak orang sebagai kota religi. Predikat tersebut disematkan bukan tanpa sebab. Kota tertua di Indonesia satu ini dulunya merupakan sentral dari Kesultanan Palembang Darussalam, salah satu kesultanan terbesar yang pernah ada di Pulau Sumatera. Pendiri dari kesultanan tersebut tak lain juga berasal dari tokoh-tokoh ulama yang diagungkan oleh masyarakat Palembang di masa lampau, baik dari golongan pribumi maupun habaib. Bahkan hingga kini, garis keturunan (nasab) dari ulama-ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam masih terus dicatat dan terpelihara, sehingga bisa dikatakan bahwa sebagian masyarakat Palembang adalah orang-orang yang melek sejarah dan mengenali leluhur mereka dengan baik.
Usaha Memelihara Sejarah dan Tradisi
Menjaga dan memelihara sejarah tentu bukan hal yang bisa dilakukan sekali-sekali. Butuh usaha yang konsisten dan berkelanjutan agar generasi muda yang baru terlahir tidak lupa terhadap muasal mereka dan negeri tempat mereka tinggal. Bagi masyarakat Islam di Palembang, khususnya masyarakat keturunan Arab, salah satu langkah wajib untuk menjaga sejarah adalah dengan menggelar ziarah kubro setiap tahunnya.
Ziarah kubro sendiri secara bahasa berarti ‘ziarah kubur’. Bagi masyarakat Palembang, ziarah kubro merupakan kegiatan berziarah massal ke makam-makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam, atau kerap juga disebut ‘waliyullah’. Ziara kubro Palembang sudah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat muslim Palembang yang bermukim di sekitar Sungai Musi, khususnya bagi masyarakat komunitas Arab.
Hal yang unik dari ziarah kubro adalah bahwa makam yang disambangi ribuan umat muslim tersebut tidak berpusat di satu tempat saja, melainkan tersebar di berbagai lokasi di Palembang, mulai dari Kambang Koci 5 Ilir, Kawah Tekurep, hingga ke wilayah Seberang Ulu. Ziarah kubro dikhususkan bagi kaum laki-laki yang biasanya mengenakan pakaian serba putih. Bisa dipastikan jika kegiatan ini tengah berlangsung, beberapa jalanan di Palembang akan ditutup sementara, karena ribuan muslim berpakaian serba putih akan turun dan memadati jalan-jalan yang ada di Palembang, persis sebuah pawai. Ziarah kubro umumnya berlangung satu pekan menjelang bulan Ramadhan setiap tahunnya.
Tahun 2017 lalu, ziarah kubro juga turut dihadiri beberapa ulama dan bangsawan dari negeri tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam bahkan hingga Hadramaut, Yaman. Bersama masyarakat peserta ziarah kubro, para bangsawan tersebut akan berjalan kaki menuju titik-titik ziarah di Palembang dalam sebuah barisan panjang manusia yang mengenakan pakaian serba putih, seraya menjunjung panji-panji bertulisan huruf Arab.
Linimasa Kegiatan Ziarah Kubro
Karena banyaknya makam yang hendak diziarahi, kegiatan ziarah kubro dibagi menjadi tiga hari berturut-turut. Tahun ini, ziarah kubro berlangsung pada tanggal 18,19 dan 20 Sya’ban, atau bertepatan dengan 4, 5 dan 6 Mei 2018. Puncak ziarah kubro akan digelar pada hari ketiga, mulai dari Kampung Sungi Bayas, 10 Ilir Palembang, menuju Pemakaman Pangeran Syarif Ali BSA di 5 Ilir, kemudian ke Pemakaman Kawah Tekurep 3 Ilir dan berakhir di Pemakaman Auliya’ Kambang Koci 5 Ilir.
Hari ini (04/05) kegiatan ziarah kubro sudah mulai berlangsung. Kegiatan tersebut dibagi dua, yaitu di pagi hari dan sore hari. Di pagi hari, ziarah bermula dari Masjid Darul Muttaqien Pasar Kuto, menuju makam Habib Aqil bin Yahya dan Pemakaman Habib Achmad bin Syech Shahab. Sementara di sore hari, kegiatan dilanjutkan di Pondok Pesantren Ar-Riyadh 13 Ulu dengan haul dan rauhah oleh Habib Ahmad bin Abdullah Habsyi. Model kegiatan yang sama juga akan berlangsung pada esok harinya (05/05), bertempat di Kampung Sungi Bayas 10 Ilir dan Rumah Habib Ahmad bin Hasan Al-Habsy di Komplek As-Segaf.
Prosesi ziarah kubro yang dilangsungkan setiap tahun lambat laun tidak lagi menjadi sekedar kegiatan religi, namun juga turut bersinggungan dengan ranah budaya dan tradisi. Pemerintah Kota Palembang turut menjembatani pihak penyelenggara ziarah kubro untuk melaksanakan agendanya, karena berlangsungnya ziarah kubro juga menunjukkan betapa kayanya khazanah kebudayaan dan sejarah Kota Palembang. Bukan tidak mungkin di masa mendatang, ziarah kubro dapat menjadi magnet baru bagi turis domestik maupun mancanegara.
(Sumber : detik.sumsel.com; travel.kompas.com)