Getah Gambir Kualitas Dunia Ternyata Diproduksi di Musi Banyuasin!

Dunia tentu sudah tahu tentang kualitas getah karet Sumsel yang mendunia. Meski harga jualnya sempat beberapa kali turun dalam lima tahun terakhir, jumlah ekspornya yang

Sunny H

Dunia tentu sudah tahu tentang kualitas getah karet Sumsel yang mendunia. Meski harga jualnya sempat beberapa kali turun dalam lima tahun terakhir, jumlah ekspornya yang tinggi turut mengangkat nama Provinsi Sumsel sebagai salah satu produsen terbesarnya di tanah air. Tapi siapa tahu, ternyata selain getah karet dan “getah basah”, ada getah lain yang menjadi ciri khas provinsi satu ini. Ya, apa lagi kalau bukan getah gambir.

Dibandingkan komoditi perkebunan yang sedang “up” seperti karet dan sawit, nama gambir tentu tidak populer sama sekali. Tumbuhan jenis perdu bernama latin Uncaria Gambir ini sebenarnya merupakan komoditi dari sektor kehutanan, satu kelas dengan tanaman hutan lain seperti barus, kayumanis, gaharu dan kawan-kawannya. Bentuk gambir tak jauh berbeda dengan tanaman sirih yang merambat dan memiliki daun beurjung lancip. Gambir memiliki berbagai khasiat, dan dipercaya telah dipergunakan sejak ribuan tahun lalu oleh orang-orang yang bermukim di wilayah Sumatera dan Semenanjung Malaya.

Produsen Gambir di Indonesia

Gambir sudah sejak lama dibudidayakan di Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatera dan Maluku. Sebuah catatan sejarah melaporkan bahwa gambir mulai diperdagangkan di kawasan Malaya pada abad ke-17.

Gambir awalnya adalah tanaman liar yang tumbuh di hutan sekunder. Gambir tidak dapat tumbuh di wilayah yang kering, juga tidak bisa tumbuh di wilayah yang tergenang. Gambir dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Meski demikian, gambir juga masih dapat ditemukan di dataran rendah.

Saat ini setidaknya terdapat lima provinsi di Indonesia yang masih aktif membudidayakan gambir, antara lain : Bengkulu, Jambi, Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Meski 90 persen produksi gambir di nusantara disokong oleh Sumatera Barat dan Riau, namun kualitas produksi gambir Sumatera Selatan juga sudah teruji dunia. Negara tujuan ekspor gambir meliputi negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan, khususnya Singapura dan India.

Khasiat Getah Gambir

Sebagaimana rempah-rempah lain, gambir memiliki beberapa khasiat yang tidak tergantikan. Kegunaan gambir yang paling dikenal adalah sebagai bahan campuran untuk menyirih dan memperlancar pencernaan. Selain itu, gambir dapat menjadi obat herbal bagi penyakit diare, disentri, sakit kepala dan sariawan. Getah gambir dapat diolah menjadi salep untuk mengobati luka bakar dan penyakit kulit. Selain untuk konsumsi dan obat-obatan, gambir memiliki fungsi sekunder lain dalam penyamakan kulit hewan, yang tak lain bermanfaat dalam mencegah pembusukan dan membuat kulit hewan yang disamak menjadi lebih renyah.

Namun di antara segala manfaatnya, gambir memiliki peran tambahan khusus bagi masyarakat Musi Banyuasin (Muba). Di Desa Babat Toman, Muba, terdapat sentra industri getah gambir. Disanalah getah gambir yang diekstrak dari daun dan ranting tanaman tersebut diolah menjadi pewarna tekstil alami, yang kemudian dipergunakan dalam produksi kain jumputan gambo, jumputan khas Kabupaten Muba. Gambo sendiri adalah cara orang-orang Muba untuk menyebut gambir.

Kain Jumputan Gambo yang Mendunia

Meski Muba bukan satu-satunya produsen kain jumputan, namun jumputan gambo tetap berbeda dari kain jumputan pada umumnya. Jika jumputan Palembang terkenal dengan warnanya yang cerah mentereng, jumputan gambo memiliki warna yang lebih teduh dan elegan. Jumputan gambo telah beberapa kali dipasarkan secara internasional dan mendapatkan respon positif, terutama dari turis mancanegara. Jika turis dan kolektor Eropa lebih tertarik dengan jumputan gambo yang berbentuk pakaian jadi, turis dan kolektor Asia Timur lebih tertarik pada kain jumputan yang belum diproses menjadi pakaian. Sementara untuk konsumen lokal, khususnya Jawa, bahan pewarna jumputan dari getah gambir produksi Babat Toman menjadi primadona pasar.

Pewarna tekstil dari getah gambir, produksi Musi Banyuasin © antaraforo.com
Daya tarik jumputan gambo, selain terdapat pada warna dan polanya yang beragam, adalah karena bahan pewarnanya yang alami dan ramah lingkungan. Dengan mempromosikan jumputan gambo ke dunia internasional, maka masyarakat Muba juga memperkenalkan getah gambir dan segudang manfaatnya pada dunia. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui!

Kendala dalam Produksi

Sayangnya, potensi pasar getah gambir yang begitu besar belum mampu diolah dengan maksimal. Kendala dalam produksi getah gambir dan produk-produk turunannya terdapat pada teknik pengelolaan gambir yang masih sangat tradisional. Sedikit sekali teknik pabrik yang sudah bisa digunakan dalam memaksimalkan produksi tanaman gambir dan produk turunannya.

Selain penguasaan teknologi yang rendah, sedikitnya jumlah petani, sempitnya lahan budidaya dan lamanya masa tanam juga diduga menjadi penyebab rendahnya produksi gambir di Sumatera Selatan. Saat ini setidaknya hanya terdapat 100 hektar lahan di Muba yang memproduksi tanaman gambir, dengan 27 orang petani yang mengelolanya. Tanaman gambir baru dapat dipanen pada usia delapan bulan, dengan interval musim panen selama tiga bulan. Tidak mengherankan jika pangsa ekspor getah gambir saat ini hanya didominasi oleh Provinsi Sumatera Barat dan Riau.

Dalam menanggulangi produksi bahan baku yang rendah, masyarakat lokal dan pemerintah Muba telah melakukan usaha dengan memperluas pemasaran produk olahan getah gambir, terutama kain jumputan gambo. Dengan demikian, meski Sumsel belum mampu menguasai pangsa ekspor getah gambir, Kabupaten Muba dan getah gambirnya tetap terkenal melalui kain jumputan gambo yang tersohor.

Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan Jumputan Gambo, cek video di bawah ini!

(Sumber : ejurnal.litbang.pertanian.go.id; tribunnews.sumsel.com; wikipedia.org; youtube.com)

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer