Fakta dan Opini Tentang Pulau Maspari, Pulau Eksotis di Ujung Timur Sumsel

Sumatera Selatan tanpa Sungai Musi adalah angan-angan. Hampir semua kabupaten dan kotamadya di Sumsel dialiri Sungai Musi, jika bukan anak-anak sungainya. Selama ribuan tahun, sungai

Sunny H

Sumatera Selatan tanpa Sungai Musi adalah angan-angan. Hampir semua kabupaten dan kotamadya di Sumsel dialiri Sungai Musi, jika bukan anak-anak sungainya. Selama ribuan tahun, sungai telah menjadi penopang hidup masyarakat penghuni Sumsel, mulai dari urusan mandi, mencuci, mencari makan hingga transportasi. Air sungai juga menjadi habitat dari berbagai satwa air tawar, juga sumber inspirasi bagi puluhan legenda yang merebak di antara masyarakat Sumsel penghuni tepian sungai.

Meski segala hal tentang Sumsel seolah melulu berkaitan dengan sungai, rawa dan hutan, tak banyak yang tahu bahwa nyatanya salah satu eksotisme alam Sumsel justru berada di tengah laut, tepatnya di antara Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir) dan Kepulauan Bangka Belitung. Alam Sumsel ternyata diperkaya dengan adanya pantai dan gugusan terumbu karang yang berada di Pulau Maspari, Kabupaten OKI.

Memang tidak banyak yang tahu jika wilayah Sumsel ternyata memiliki pulau dan pantai. Di Palembang sendiri, istilah pulau biasanya dipelintir menjadi ‘Pulau Kemarau’ atau ‘Pulau Salah Nama’ yang memang merupakan nama wilayah yang ada di perairan Sungai Musi. Namun Pulau Maspari, adalah cerita lain.

Berikut adalah fakta-fakta tentang Maspari, pulau eksotis yang masih asing di telinga masyarakat Sumsel.

Berada di Wilayah Kabupaten OKI

Saat Kepulauan Bangka Belitung memisahkan diri dari Sumsel dan menjadi provinsi sendiri, Pulau Maspari yang sebenarnya berada cukup dekat dengan Bangka disetujui menjadi bagian dari Provinsi Sumsel, tepatnya bagian dari Kabupaten OKI. Setelah Muba, OKI adalah kabupaten terluas kedua di Sumsel. Wilayah daratannya membentang dari Kayuagung hingga Tulung Selapan, ditambah dengan perairan laut di sebelah timurnya yang juga masuk ke dalam wilayah Sumsel. Di dalam perairan inilah, tepatnya di dekat perairan Selat Bangka, Pulau Maspari berada.

Tidak Bisa Ditemukan di Google Map

Pulau Maspari sebenarnya sudah lama menjadi bagian dari Sumsel. Meski demikian, tidak banyak warga Sumsel yang pernah berkunjung kesana, apalagi yang tahu cara pergi kesana. Kondisi tersebut nampaknya turut mempengaruhi kemampuan mesin pencari google dalam mendeteksi keberadaan pulau ini.

Jika ‘Pulau Maspari’ diketikkan di search bar google map, maka titik di peta akan menunjuk ke lautan lepas, alih-alih Pulau Maspari. Adapun menemukan Pulau Maspari di google map secara manual adalah mustahil bagi orang yang belum pernah berkunjung kesana.

Pulau Tidak Berpenghuni

Secara teknis, Pulau Maspari sebenarnya dihuni oleh seorang pegawai honorer DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Sumsel beserta sejumlah anggota keluarganya. Namun selain mereka, Pulau Maspari sama sekali tidak memiliki penghuni tetap.

Sesekali Pulau Maspari disambangi oleh nelayan yang kehabisan persediaan air tawar, atau petugas Angkatan Laut yang berpatroli. Namun dalam kesempatan yang sangat langka, pulau ini juga biasanya dikunjungi oleh turis atau peneliti.

Meski hanya dihuni tak lebih dari lima orang, terdapat beberapa fasilitas gedung milik pemerintah yang kini masih berdiri kokoh. Bangunan-bangunan tersebut merupakan lokasi pembibitan udang windu yang pernah digagas oleh DKP Sumsel pada tahun 2005 hingga 2008, namun gagal. Kini gedung-gedung tersebut dibiarkan kosong tidak berpenghuni. Selain gedung-gedung kosong tersebut, terdapat pula sebuah menara suar yang berdiri di tengah pulau.

Makam Misterius

Pohon besar yang menaungi dua buah makam di Pulau Maspari © mongabay.co.id; Taufik Wijaya
Di tengah Pulau Maspari, terdapat dua buah pohon besar yang dinamai penduduk setempat pohon are. Akar pohon-pohon tersebut tampak kuat menancap di tanah, mencengkeram dua buah makam tidak bernama yang diduga sama tuanya dengan usia pohon tersebut. Hingga kini belum ditemukan penjelasan historis tentang siapa yang dimakamkan disana.

Dikelilingi Hutan Mangrove dan Terumbu Karang

Tidak semua hal tentang Pulau Maspari berkesan suram. Pulau Maspari ternyata dikelilingi perairan dangkal yang banyak ditumbuhi terumbu karang. Ketika cuaca dan gelombang laut bersahabat, menyelam dan mengamati terumbu karang Pulau Maspari dari dekat bukanlah ide yang buruk. Terdapat beberapa diving spot eksotis yang bisa diselami di perairan Pulau Maspari. Selain itu, beberapa sisi Pulau Maspari juga dipenuhi rerimbunan pohon bakau yang menjadi habitat dari biota tepi laut seperti kelomang dan kepiting bakau.

Meski demikian, pengunjung Pulau Maspari harus tetap berhati-hati. Pasalnya, bongkahan batu karang yang tajam juga turut mengintai di dasar perairan dangkal di sekeliling Pulau Maspari. Butuh pengalaman dan keahlian khusus untuk bisa menambatkan kapal dengan selamat di pulau ini, karena dermaga kapal yang tersedia pun sudah rusak.

Asal Nama Maspari

Di salah satu sisi pulau, terdapat pantai berpasir putih yang konon menjadi muasal nama Pulau Maspari. Pantai tersebut memanjang dan menjorok ke arah laut, menyerupai bentuk ekor ikan pari. Konon dalam waktu-waktu tertentu, bentuk permukaan pantai tersebut akan berubah karena pengaruh gelombang dan pasang-surut air laut, serupa dengan buntut ikan pari yang bergerak-gerak.

Pohon Sinyal

Berada di tengah lautan tentu berpengaruh pada intensitas notifikasi yang masuk ke ponsel pintar. Di Pulau Maspari, ponsel manapun akan jauh lebih hening. Tak ada notifikasi yang masuk karena tidak ada sinyal seluler sama sekali.

Namun petugas penghuni Pulau Maspari telah mengantisipasi hal tersebut. Agar masih dapat menghubungi kerabat yang jauh via telepon, sebuah transmitter sinyal seluler seerhana dipasang pada sebuah pohon yang ada di Pulau Maspari. Walhasil jika seseorang berdiri di dekat pohon tersebut, sinyal ponselnya akan bertambah, sehingga menelepon atau mengirim SMS menjadi memungkinkan. Pengunjung Pulau Maspari kerap menyebut pohon ini dengan sebutan ‘pohon sinyal’

Tempat Bertelur Favorit Penyu Sisik

Kendati cukup jarang dikunjungi manusia, Pulau Maspari sejatinya memiliki ‘turis’ tersendiri yang rutin menyambangi Maspari setiap tahun. Mereka adalah kelompok penyu sisik betina yang hendak bertelur. Pasir pantai Maspari yang putih dikenal sebagai salah satu titik favorit penyu sisik untuk meletakkan telur-telurnya. Proses bertelur penyu sisik berlangsung sepanjang Bulan Februari hingga Juni setiap tahunnya.

Penyu sisik sendiri merupakan salah satu jenis penyu yang menyandang status critically endangered di antara tujuh jenis penyu yang masih ada di dunia. Di antara setiap 1000 telur yang dihasilkan penyu sisik setiap tahunnya di Pulau Maspari, diperkirakan hanya akan ada 0,25 persen atau sekitar lima ekor telur penyu yang sukses menetas dan bertahan hidup hingga dewasa. Hal tersebut selain dikarenakan banyaknya predator penyu di alam bebas, juga karena maraknya ulah jahil tangan manusia. Selain kerap dikonsumsi secara pribadi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, telur penyu sisik di Pulau Maspari juga diperjualbelikan dengan harga yang relatif murah.

Bagaimana Cara Menuju Pulau Maspari?

Terdapat dua alternatif jalan bagi warga Palembang untuk mencapai Pulau Maspari. Jalur pertama adalah dengan menggunakan transportasi air, yaitu dengan menaiki perahu cepat langsung dari dermaga BKB (Benteng Kuto Besak) menuju Muara Sungai Musi, dan langsung dilanjutkan menuju Pulau Maspari di tengah Selat Bangka. Perjalanan dengan perahu cepat berkapasitas maksimal 10 penumpang tersebut memakan waktu enam jam lamanya dan biaya tak kurang dari 2,5 juta rupiah hanya untuk perjalanan pergi.

Alternatif lain untuk menuju Maspari adalah dengan menempuh jalur darat terlebih dahulu dari Palembang menuju Kecamatan Tulung Selapan di OKI. Namun perjalanan yang normalnya berlangsung selama dua jam tersebut akan terkendala pada kondisi jalan Palembang-Tulung Selapan yang rusak parah. Setelah tiba di Tulung Selapan pun, perjalanan masih harus dilanjutkan dengan menumpangi kapal cepat dari dermaga Desa Sungai Lumpur, Kecamatan Tulung Selapan. Perjalanan air tersebut berlangsung tak kurang dari empat jam lamanya.

Pada tahun 2015 lalu, Gubernur Sumsel Alex Noerdin sempat meninjau kondisi Pulau Maspari. Sejak saat itu, Pulau Maspari mulai dilirik sebagai destinasi wisata potensial Sumsel di masa mendatang. Namun dikarenakan berbagai kendala seperti jaraknya yang jauh dari daratan Sumsel dan estimasi biaya pembangunan infrastruktur pendukung pulau yang mahal, Pemprov Sumsel tidak terlalu berfokus pada pengembangan Pulau Maspari sebagai objek wisata. Alih-alih melihat Maspari dari sudut pandang wisata bahari, Pemprov justru berkeinginan merevitalisasi balai pembiakkan bibit udang windu yang ada di Pulau Maspari dan menjadikan Pulau Maspari sebagai pemasok udang windu bagi masyarakat setempat.

Perhatian yang kurang dari Pemprov terhadap Pulau Maspari, ironisnya, justru turut berkontribusi terhadap kurang terawatnya ekosistem pulau cantik satu ini. Selain faktor alami seperti abrasi, ekosistem Pulau Maspari juga terancam dikarenakan ulah manusia-manusia tidak bertanggung jawab. Tidak sedikit terumbu karang di sekitar Pulau Maspari yang rusak dan meranggas karena nelayan yang melakukan pengeboman. Lokasi bertelur penyu sisik juga terancam karena hadirnya oknum-oknum yang kerap mengambil dan menjual telur penyu sisik di Pulau Maspari.

Mengembalikan permasalahan lingkungan kepada inisiatif masing-masing individu tentunya adalah solusi yang terlalu naif, itupun jika bisa disebut sebagai solusi. Masyarakat, akademisi dan aktivis lingkungan sudah seharusnya bahu-membahu dalam menyosialisasikan pentingnya melestarikan dan menjaga keasrian Pulau Maspari bersama-sama. Jika kesadaran masyarakat sudah terbentuk, maka pemerintah hanya perlu mengambil peran sebagai ‘juru selamat’ yang membantu masyarakat lewat program-program pengembangan strategis Pulau Maspari.

(Sumber : kaganga.com; kompasiana.com; mongabay.com; trijayafmplg.net)

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer