Dialah matahari, dan kita awannya. Dialah oranye sejati, dan kita putihnya.
Ketika dia terbit, diteranginya kita. Dan kita sempurna menjelma awan bersemburat oranye dengan beda porsi. Setiap hari kita berkejaran di bawah kakinya. Berlari, berputar, bergerak-mencari apa saja. Kita berubah bentuk, sedang Ia tak pernah ingin merubah diri.
Dialah matahari itu, dan kita awannya.
Dialah butir pasir putih, dan kita ombak-ombaknya. Dialah yang tetap, sedang kita : maju, mencoba menembus celah-celahnya, lalu mundur. Begitu berulang-ulang. Bersama kesiur angin, kita deru pasir putih itu. Tapi hasilnya tetap sama :
Dialah pasir putih, dan kita ombak-ombaknya.