Asian Games memiliki sejarah panjang dalam mempersatukan negara-negara di Benua Asia. Pertama kali diselenggarakan pada tahun 1951 dengan India sebagai tuan rumahnya, event olahraga terbesar di Asia tersebut pada awalnya ternyata tidak dimeriahkan dengan kehadiran maskot seperti yang dikenal masyarakat seperti sekarang. Penggunaan maskot pertama kali digunakan dalam Asian Games 1982, tepat saat India kembali didaulat menjadi tuan rumah Asian Games.
Selain berfungsi sebagai penyemarak acara, keberadaan maskot dalam Asian Games memiliki banyak kegunaan filosofis lainnya, antara lain sebagai media promosi keunikan negara tuan rumah, representatif kekayaan fauna negara tuan rumah, serta sebagai penyampai pesan luhur dari kebudayaan negara tuan rumah.
Melalui wujud Bhin-bhin, Kaka dan Atung, banyak pesan-pesan kearifan lokal yang ditampilkan kepada negara-negara peserta Asian Games 2018 dan kepada dunia secara umum. Namun bagaimana dengan maskot-maskot Asian Games sebelum mereka? Srivijaya.id kali ini merangkum maskot-maskot Asian Games sebelum Bhin-bhin, Kaka dan Atung!
Appu (1982)
Asian Games tahun 1982 diselenggarakan di New Delhi, India. Asian Games 1982 merupakan Asian Games kedua yang disalenggarakan di India, dan merupakan Asian Games pertama yang menggunakan maskot.
Maskot Asian Games yang pertama berwujud gajah India yang dinamai Appu. Appu mewakili unsur kesetiaan, kebijaksanaan dan kekuatan.
Hodori (1986)
Di tahun 1986, Asian Games diadakan di Seoul, Korea Selatan. Korea mengambil figur harimau, hewan yang sering digunakan dalam legenda kebudayaan Korea sebagai maskot Asian Games. Maskot harimau tersebut dinamai Hodori. Hodori tampak mengenakan topi petani dan dilatari huruf ‘S’ yang merupakan akronim dari ‘Seoul’, Ibukota Korea Selatan. Dua tahun setelahnya, Korea Selatan yang juga menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas kembali menggunakan Hodori sebagai maskotnya.
Pan Pan (1990)
Bagi Tiongkok, mungkin tidak ada hewan yang lebih cocok mewakili kerafian lokalnya melebihi panda. Asian Games tahun 1990 yang diadakan di Beijing, Tiongkok, menggunakan maskot berwujud Panda yang dinamai Pan Pan. Pan Pan merupakan cerminan dari persahabatan, perdamaian dan semangat.
Poppo dan Cuccu (1994)
Dari Tiongkok, tuan rumah Asian Games beralih kepada Jepang. Jepang menyelenggarakan Asian Games 1994 di Kota Hiroshima, dengan maskot Poppo dan Cuccu, sepasang merpati putih yang mewakili perdamaian dan keharmonisan.
Chai-Yo (1998)
Tahun 1998, tibalah giliran negara ASEAN untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Asian Games yang diselenggarakan di Bangkok dimeriahkan dengan kehadiran maskot bernama Chai-Yo, representasi seekor Gajah Thailand yang diagungkan oleh masyarakat Thailand. Chai-Yo mewakili unsur keharmonisan, sukacita, kesuksesan dan kebahagiaan. Selain itu, kata Chai-Yo juga merupakan kata yang digunakan sebagai penyemangat.
Duria (2002)
Tahun 2002, Asian Games kembali diadakan di Korea Selatan. Bedanya, kali ini bukan lagi Seoul, melainkan Busan yang menjadi kota tempat penyelenggaraannya. Maskot Asian Games 2002 adalah Duria, maskot yang mengambil figur burung camar, burung yang banyak ditemui di Kota Busan. Nama maskot Asian Games kali ini cukup unik, karena merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu ‘durative’ dan ‘Asia’, namun dalam Bahasa Korea juga dapat berarti ‘aku dan kamu bersama’. Duria menyimbolkan persatuan negara-negara Asia.
Oryx (2006)
Di tahun 2006, Qatar berkesempatan menjadi tuan rumah Asian Games. Qatar memilih kijang putih sebagai figur maskotnya yang dinamai Oryx. Kijang Putih sendiri merupakan spesies endemik di wilayah gurun Timur Tengah yang telah dinyatakan punah di alam liar sejak tahun 1970. Oryx mengusung nilai perdamaian, komitmen dan persahabatan.
A Xiang, A He, A Ru, A Yi, dan Le Yangyang (2010)
Tahun 2010, Asian Games kembali diselenggarakan di Tiongkok, tepatnya di Kota Guangzhou. Tidak tanggung-tanggung, Tiongkok mengusung lima maskot sekaligus dalam Asian Games ke-16 tersebut, yang dinamai A Xiang, A He, A Ru, A Yi, dan Le Yangyang. Kelimanya merupakan representasi hewan domba, dengan salah satu domba besar. Domba-domba tersebut mewakili nilai harmoni, berkah, kesuksesan dan kebahagiaan.
Barame, Chumuro, dan Vichuon (2014)
Pada tahun 2014, Korea Selatan menjadi tuan rumah Asian Games untuk ketiga kalinya sepanjang sejarah. Asian Games ke-17 tersebut diadakan di Kota Incheon, dengan tiga sosok maskot : Barame, Chumuro dan Vichuon. Ketiganya merupakan anjing laut tutul bersaudara, yang masing-masing namanya berarti : angin, tarian dan cahaya. Barame, Chumuro dan Vichuon membawa pesan perdamaian Korea Selatan dan Korea Utara di masa mendatang.
Bhin Bhin, Atung, dan Kaka (2018)
Tahun 2018, untuk pertama kalinya Asian Games diselenggarakan di dua kota sekaligus, yaitu Jakarta dan Palembang. Indonesia pun menyambut Asian Games perdananya dengan antusias dan meriah. Kesan tersebut tampak dalam tampilan ketiga maskotnya yang eksentrik : Bhin-bhin (burung cenderawasih), Atung (rusa Bawean) dan Kaka (badak bercula satu). Semuanya merupakan spesies endemik Indonesia yang berasal dari tiga pulau berbeda dan mewakili tiga unsur yang berbeda : taktik, kecepatan dan kekuatan. Ketiganya juga melambangkan keberagaman yang ada di Indonesia.
Asian Games bukan sekedar pekan olahraga, namun juga kesempatan besar bagi negara tuan rumahnya untuk mempromosikan keunikan negaranya kepada dunia. Maskot merupakan media paling interaktif yang dapat dipergunakan untuk tujuan tersebut, karena selain membawa pesan sportivitas dalam kompetisi Asian Games, kehadiran dan citra maskot juga mewakili karakter bangsa penyelenggara Asian Games di hadapan negara-negara undangan.
(sumber : bobo.id; era.id; indonesiabaik.id)