Balai Arkeologi Sumsel Kumpulkan 94 Prasasti Logam Sepanjang November 2018

Peneliti Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Selatan menemukan sebanyak 94 prasasti dari logam yang tersebar di Kota Palembang, kawasan pesisir timur Sumsel, serta dua kabupaten di

Sunny H

Peneliti Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Selatan menemukan sebanyak 94 prasasti dari logam yang tersebar di Kota Palembang, kawasan pesisir timur Sumsel, serta dua kabupaten di luar wilayah Sumsel sepanjang November 2018 silam.

“Bersadarkan penelitian sejak 2 November lalu, kami menemukan 94 prasasti logam dengan perincian 19 prasasti di Palembang, tiga di pesisir timur Sumsel, 61 prasasti di Muaro Jambi, dan 11 prasasti di Bangka Barat”, terang Ketua Tim Peneliti Balar Sumsel, Wahyu Rizky Andhifani di Palembang, sebagaimana dilaporkan Antara pada Rabu (21/11).

Sebagian Diperoleh dari Kolektor

Lebih lanjut, Wahyu menjelaskan prasasti tersebut sebagian besar ditemukan di dasar aliran dan muara Sungai Batanghari Jambi dan Sungai Musi oleh para penambang pasir.

“Prasasti logam itu berada di Museum Timah Muntok Bangka Barat, Komunitas Padmasana Jambi, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dan ada yang berada di tangan sejumlah kolektor,” ujarnya. Sebanyak 11 prasasti timah diperoleh oleh Wahyu melalui kolektor yang berada di Muntok, Bangka Barat.

Menurut dia berdasarkan hasil penelitian sementara, tulisan di prasasti-prasasti tersebut menggunakan aksara sumatera kuno yakni melayu kuno-proto ulu (masa peralihan aksara melayu kuno menuju aksara ulu) dan aksara ulu dengan bahasa yang digunakan adalah Bahasa Melayu Kuno. Selain itu juga terdapat beberapa prasasti yang bertuliskan huruf arab.

Prasasti-prasasti tersebut diperkirakan ditulis pada zaman Kerajaan Melayu abad 13-14 Masehi pada masa kepemimpinan Adityawarman. Penemuan prasasti tersebut membuktikan bahwa budaya literasi di kalangan masyarakat akar rumput di wilayah Sumbagsel, yaitu wilayah Jambi, Sumsel, Bangka-Belitung, Lampung dan Bengkulu telah terjadi sejak masa itu.

Metode penulisan di prasati dilakukan dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada mediumnya. Untuk prasasti yang diukir pada timah, perak dan emas, aksara dituliskan menggunakan goresan benda tajam, sementara pada prasasti perunggu, aksara diukirkan dengan menggunakan titik-titik yang membentuk tulisan. Temuan prasasti-prasasti logam tersebut menangkis catatan zaman kolonial Belanda yang menyatakan bahwa timah baru digunakan masyarakat Sumbagsel pada abad ke-17.

“Berdasarkan prasasti yang diteliti tersebut kemungkinan timah sudah digunakan sebelum abad 13, yakni pada zaman Kerajaan Sriwijaya abad 8-10”, ujar Wahyu.

Sebagian besar pesan tulisan pada prasasti berisikan mantra yang kemungkinan dituliskan oleh dukun atau oleh warga yang mengikuti petuah para biksu. Meski demikian, kebenaran hal tersebut masih diteliti dan dikaji lebih lanjut.

Guru Besar Arkeologi UI Angkat Bicara

Ninny Susanti Tedjowasono, Guru Besar Arkeologi dari Universitas Indonesia mengatakan, temuan prasasti berbahan logam tersebut merupakan yang pertama kalinya untuk wilayah bagi wilayah Sumbagsel.

Berdasarkan titik-titik penemuannya yang berada di dasar sungai, Ninny mengatakan, hal tersebut membuktikan bahwa jalur sungai merupakan akses vital bagi pedagang-pedagang di masa lampau yang mayoritasnya menjual rempah-rempah, atau bisa jadi prasasti tersebut terbawa arus air yang mengalir ke muara sungai.

“Secara umumnya tulisan yang ada prasasti itu adalah aksara sumatera kuno atau melayu kuno. Tulisannya tidak jauh beda dengan jawa kuno, karena semuanya perkembangan dari aksara pallawa yang digunakan hampir seluruh Asia tenggara”, ujarnya dalam kegiatan sosialisasi di Dipo Cafe, Palembang, melansir dari tribunnews.com.

(sumber : antaranews.com; tribunnews.com)

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer